Who moved my cheese

Pertama kali membaca buku diatas sekitar tahun 2000 di Gramedia Mall Maricaya, Makassar. Dari beberapa buku gratis -membaca tanpa beli- yang dibaca, buku diatas salah satu yang paling berkesan.

Bukunya memang tidak terlalu tebal, tapi membacanya sampai selesai dalam satu kali kunjungan jelas menandakan bahwa daya beli memang rendah waktu itu.

Bukunya bercerita tentang dua kurcaci yang hidup dalam labirin yang penuh keju sebagai makanan mereka. Kurcaci A bangun lebih pagi, bekerja lebih keras, berlari lebih jauh untuk mengumpulkan keju. Kurcaci A ini aktif mencari dan menemukan tumpukan keju di tempat lain, diluar dari labirinnya.

Sedang si kurcaci B sebaliknya, bangun lebih lambat, malas bergerak, tidak mau keluar dari labirinnya, dan hanya memakan keju yang ada didekatnya.

Waktu berlalu, suatu hari kurcacinya terbangun tapi tidak menemukan lagi keju di dalam labirin. Kurcaci mana yang survive dan mana yang yang cuma bisa berucap lirih “Who Moved My Cheese” sudah bisa ditebak. Dalam kehidupan Cheese disini bisa berupa kesehatan, kekayaan, keluarga maupun kebahagiaan.

Progress is imposible without change -George Bernard Shaw-

Koran Identitas

Dalam bisnis, seringkali pencapaian tak seindah rencana, realisasi jauh dari target. Pengalaman jualan koran kampus “Identitas” membuktikan teori diatas, jauh panggang dari api.

Mendengar cerita beberapa teman kuliah yang dapat untung banyak dari jualan koran identitas tahun sebelumnya, di malam pengumuman kelulusan UMPTN, saya dan beberapa teman ikut-ikutan antri membeli koran identitas langsung di percetakannya.

Kota makassar jadi saksi, malam-malam boncengan sama Muhardi, kami menjajakan koran identitas di beberapa titik lampu merah pettarani, ke kompleks IKIP (UNM) sampai ke minasa upa. Dari 25 eksemplar yang kami beli dipercetakan hanya 2 yang laku, modal pun tak balik.

Sepertinya tingkat kepo orang makassar tahun itu lagi rendah-rendahnya. Bisa jadi juga tingkat kesabaran mereka lagi tinggi, sabar menunggu koran Fajar yang terbit besok paginya.

Pesan moralnya dua. Satu, dalam bisnis jangan mudah sekedar ikut-ikutan. Kedua, koran tak laku diatas jam 11 malam.

Energi Kegagalan

Peristiwa besar dalam hidup seseorang umumnya dapat di golongkan dalam 3 hal, kehilangan orang yang sangat dicintai, kegagalan yang dampaknya dalam menggoncang jiwa, dan terakhir kejadian yang hampir merenggut jiwa. Karena 3 kejadian yang hampir merenggut nyawa, dimana jarak tubuh ini dengan kematian hanya 2 cm, sudah disampaikan maka note ini akan bercerita khusus tentang kegagalan.

Semua kegagalan menyimpan energi, semakin dalam kegagalan itu meresap ke pori-pori jiwa semakin besar energi yang dikandungnya. Energi ini pedang bermata dua, pikiran dan tindakan kita (respon) terhadap kegagalan akan menentukan dampak apa yang bisa dihasilkan dari energi kegagalan itu, apakah membawa kita ke ‘tempat-tempat’ yang lebih tinggi atau sebaliknya mengikat kaki dan menenggelamkan diri kita.

Bacalah rentetan kegagalan hidup dari seorang Abraham Lincoln dan kita akan terkesima bahwa rentetan kegagalannya tidak mampu menghalanginya menjadi orang besar, energi kegagalannya bisa menjadikannya presiden dari sebuah negara terbesar di dunia. Energi Kegagalanlah dari seorang Khalil Gibran yang tidak bisa menyatu dengan Hala Daher menjadi inspirasinya untuk menciptakan karya pertamanya “Sayap-Sayap Patah”.

Memahami betul makna dari kegagalan, hanya bisa terjadi bila kita memang pernah mengalaminya sendiri. Merasakan sendiri itu lebih bermakna, karena dampaknya sampai kehati, dalam, dan sulit bahkan tidak bisa dilupakan. Saat semua persyaratan untuk sekolah di Birmingham University sudah didapatkan bahkan sudah memperoleh Letter Of Acceptance (LOA) unconditional, Unconditional itu artinya tinggal masuk ke ruang kuliah tidak ada lagi berkas PR tersisa, tidak perlu lagi melewati tahapan Pre-University. Beberapa kegagalan dalam wawancara beasiswa menghilangkan kebanggaan sebuah LOA.
Terakhir, jangan berharap untuk gagal tapi jangan pernah takut menghadapi kegagalan.

 

“Jangan biarkan sejarah masa lalumu membunuh takdir masa depanmu” – Albert Einstein –

– Harmoni One Hotel, Batam, 21 Juli 2017 –

Old soul n Old memories

 

Lagi kepikiran soal reinkarnasi, jiwa tua, dejavu dll. Ada jiwa yang memang sudah pernah dan lama hidup terus terlahir kembali, makanya ada banyak orang yang tingkat kedewasaannya jauh diatas umurnya, punya intuisi yang kuat  karena memang sudah pernah mengalaminya di kehidupan yang lalu. Ada juga soal dejavu, seakan-akan sudah pernah kesana sebelumnya padahal belum, ada soal mimpi-mimpi yang terus menghantui, ada soal keinginan yang kuat dan selalu rindu untuk pergi ke satu tempat, jangan-jangan itu adalah kampung halaman kita dikehidupan sebelumnya…hmmm macam-macam lah…

Berapa nilai dari sebuah kejujuran?

Diminta membuat note dengan tema integritas untuk disebar ke semua karyawan, akhirnya sepakat memilih judul tentang kejujuran dan inilah hasilnya 🙂

Ajaran – ajaran kebaikan dengan tema kejujuran bukanlah hal yang asing bagi kita semua karena tema ini sedari kecil berusaha ditanamkan kepada kita. Tentunya masih melekat dalam ingatan rekan-rekan semua bunyi dari dasa darma pramuka ke sepuluh “suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan”. Kata suci disini menurut pemikiran penulis erat kaitannya -kalau tidak mau dikatakan sama- dengan makna dari kata kejujuran.

Note ini akan menekankan soal kejujuran dalam perbuatan yang mana salah satu contohnya adalah tidak menerima sesuatu yang bukan hak kita. Bekerja di PLN dan menggantungkan semua sumber penghasilan kita dari perusahaan ini tidak akan membuat kita kaya raya akan tetapi insya allah cukup untuk memenuhi kebutuhan kita, dan bahkan sesekali, saya tekankan : sesekali, cukup untuk memanjakan diri, memenuhi keinginan kita.

Pastinya tidak akan pernah bisa memuaskan semua keinginan kita, keinginan yang kalau diperturutkan tidak akan ada ujungnya. Peluang yang menggoda kejujuran (Integritas) kita selalu ada dan terbuka, pilihannya ada di diri kita untuk mengambilnya atau menepisnya. Satu cara untuk menjaga kejujuran kita, mencegah dari tindakan tidak terpuji diatas adalah dengan menumbuhkan perasaan cukup dengan apa yang kita terima dari perusahaan selama ini, berapapun nilainya dan di level posisi manapun pun kita berada.

Sebagai penutup, dengan apa yang kita dapatkan selama ini dari perusahaan sudah semestinya kita lebih banyak memberi dan memberi, bukan sebaliknya.
Berapa nilai dari sebuah kejujuran?

TAK TERNILAI

Blind Side

Film “Blind Side” memang tak akan pernah bosan untuk ditonton, sebuah film yang diangkat dari kisah nyata ini termasuk film yang penuh dengan pesan moral dan kisah yang inspiratif. Menurut saya pribadi, setidaknya ada dua benang merah yang bisa diambil dari film ini.

Pertama, bahwa dengan sedikit kepekaan kita dalam membaca persoalan orang lain itu bisa merubah banyak atau setidaknya membuat perbedaan terhadap jalan hidup seseorang, Michael contohnya adalah seorang anak negro miskin bisa menjadi pemain softball terkenal karena kepedulian orang lain.

Yang kedua adalah dalam membantu seseorang lakukan sepenuh hati tanpa perhitungan untung-rugi. Agak berat memang tapi segala sesuatunya bisa dipelajari dan bisa dimulai dari hal yang terkecil. Pertanyaannya adalah bagaimana membuat kisah inspiratif di film ini bisa diterapkan dalam kehidupan kita, pekerjaan dan lingkungan kita??

Untuk membuat sebuah kisah inspiratif membekas dalam diri kita dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari bisa dilakukan dengan menumbuhkan keyakinan bahwa kebaikan yang kita lakukan juga bisa memberikan kita kebahagian. Contohnya, merasa bahagia dan puas ketika bawahan yang kita dorong dan beri semangat untuk maju mendapatkan promosi karir yang bagus. Dengan semakin sering mendorong bawahan untuk maju dan merasa ikut bahagia bila bawahan berhasil maka akan semakin memperkuat keinginan kita untuk membantu orang lain.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk mengaplikasikan kisah inspiratif dalam kehidupan nyata adalah menumbuhkan mindset bahwa tiap-tiap manusia memang punya tugas untuk membantu mengembangkan orang lain. Orang tua yang mendidik dan berkorban untuk keberhasilan anaknya, dengan pemahamam bahwa itu semua adalah tanggung jawab kita sebagai seorang orang tua maka apa yang kita lakukan bisa lebih ikhlas.

Di lingkungan sekitar pun banyak hal yang bisa dilakukan yang terinspirasi dari pesan-pesan moral sebuah cerita atau film. Dan dengan dua pemahaman yang disebut diatas akan membuat kita lebih peka untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, tidak mudah memang, tidak semudah menulis sebuah essay, membutuhkan latihan untuk membuatnya menjadi kebiasan, untuk membuatnya menjadi diri kita sebenarnya tanpa rekayasa tanpa pamrih. Penulis pun masih menunggu untuk itu…

memaknai keragaman…

Tidak mesti harus berbeda SEMUA tapi harus ADA yg berbeda untuk saling melengkapi, untuk mendapatkan bangunan yang utuh, untuk mendapatkan lukisan yg indah…

Kalau analoginya lari ke lukisan maka warna apapun kita tidak menjadi masalah tapi yang penting jadilah warna yang kuat, warna yg mewarnai, warna yg melengkapi, warna yang berbeda ataukah warna yang dirindukan

Kalau analoginya adalah bangunan, jadilah bagian bangunan yang kokoh, yang berbeda-beda, yang melakukan tugasnya sesuai fungsinya masing-masing, pondasi  ada dibawah dan dibuat mendatar untuk menahan semua bagian rumah, tiang dibuat berdiri dalam posisi yang teratur untuk menahan atap, dan atap dibuat melebar untuk menaungi semua bagian. Jangan sampai kebalik, pondasi ingin berdiri, atau tiang ingin terlentang…

Warna apapun kita, bagian manapun yang kita perankan, lakukan dengan maksimal, tak ada yang sia-sia, ada yang maha melihat…

 

Lubuk Alung, 02 Juni 2017

 

Tema tulisan

Ada beberapa tema tulisan yang terlintas, sepertinya menarik untuk ditulis. Berdamai dengan keinginan, hidup dengan prinsip, dan terakhir paradoks dalam kehidupan. Mudah-mudahan ada waktu dan bahan untuk meraciknya dalam waktu dekat hehe

Not the last station from the south but the first toward the north

Tiga tahun yang lalu (Oktober 2010) saya berkesempatan untuk mengunjungi DMZ (Demilitary Zone) di korea selatan, daerah yang juga disulap menjadi kawasan wisata ini adalah daerah perbatasan antara korea utara dan korea selatan.

Daerah pegunungan yang cantik ini terletak sekitar 50 km dari seoul ke utara dan 200 km dari Pyongyang ke selatan dipisahkan oleh sungai yang dipagari dengan kawat besi yang tinggi. Di DMZ disamping panorama alamnya yang cantik, terlebih waktu kesana sedang musim gugur dimana daun-daun pohon berubah warna menjadi kuning keemasan, kita juga bisa melihat dan masuk kedalam terowongan-terowongan yang dulu digunakan oleh tentara-tentara korea utara menyusup masuk ke wilayah korea selatan, kabarnya ada ribuan terowongan yang dibangun walaupun sebahagian besar sudah ditutup.

DSC_1333

Rasa curiga dan nuansa persaingan antar dua korea yang pernah menjadi bersatu ini memang sangat terasa diperbatasan, dikedua sisi perbatasan dibangun menara tinggi yang dipasangi bendera negara dipuncaknya.

Karena letaknya yang lebih dekat dari Seoul, maka wajarlah kalau aroma pembangunan di lebih terasa di wilayah korea selatan. Namun korea utara tidak tinggal diam, karenanya korea utara juga membangun gedung-gedung tinggi yang semata-mata hanya untuk “Show of Power”. Gedung-gedung yang kosong ini dibangun tinggi tanpa lantai, dengan cara ini tentu menghemat biaya pembangunan, karena memang didesain bukan untuk ditempati.

DSC_1300

Harga dari nuansa persaingan dan rasa curiga diperbatasan korea ini tidak berhenti sampai disitu, karena di wilayah korea utara dibangun sebuah bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air maka sebagai antisipasi korea selatan juga membangun bendungan di belakang bendungan korea utara tersebut. Bendungan ini tidak diisi dengan air, tujuannya cuma satu, menampung air yang bisa membanjiri seoul jika suatu saat korea utara menjebol bendungannya.

DSC_1337

Tidak lengkap rasanya membahas perbatasan korea kalau tidak bercerita tentang Cow bridge, Jembatan sapi, jembatan ini dibangun oleh Chung Ju-yung untuk menebus rasa bersalahnya terhadap orang tuanya, disebut Cow Bridge karena jembatan ini dibangun untuk menyeberangkan ratusan sapi yang akan dikirim ke orang tuanya di korea utara sana.

Pada waktu korea belum terpisah antara utara dan selatan Chung Ju-yung muda menjual tanpa izin sapi orangtuanya yang kemudian dijadikan ongkos untuk merantau ke Busan mencari pekerjaan. Chung Ju-yung adalah pendiri perusahaan nomor tiga terbesar di korea, Hyundai Group. Perusahaan yang bermarkas di busan ini memiliki andil besar membangun Busan menjadi kota kedua terbesar di korea selatan setelah Seoul.

DSC_1334

Walaupun menjadi wilayah perbatasan antar negara yang dijaga sangat ketat, cerita di perbatasan korea juga masih menyimpan harapan akan lahirnya perdamaian suatu saat nanti. Untuk memelihara rasa sebagai satu korea telah dibangun kawasan industri diwilayah perbatasan, Kawasan industri Kaesong namanya, terletak di area korea utara yang para pekerjanya pun orang korea utara tetapi perusahaannya dibangun dan dimiliki oleh korea selatan. Selain kawasan industri, juga sudah dibangun stasiun kereta api yang nantinya menjadi cikal bakal penghubung korea selatan dan utara dengan jalur kereta api, Saat ini stasiun ini belum berfungsi sebagaimana mestinya sebuah stasiun kereta api, belum ada kereta api yang beroperasi disini, gedung stasiun berfungsi sebagai tempat penjualan beraneka ragam souvenir. Dari stasiun inilah Not the last station from the south but the first toward the north bermula, mudah-mudahan ‘stasiun’ ini benar-benar menjadi stasiun.